Sayap - Sayap Patah Karya Kahlil Gibran



Sayap sayap patah
Pendahuluan

Usiaku baru menginjak delapan belas tahun saat cinta membuka kedua mataku dengan pancaran magisnya dan untuk pertama kalinya mengguncang jiwaku melalui sentuhan jari jemari nya yang berapi. Salma karami dalah perempuan pertama yang yang mampu menggugah perasaanku dengan kecantikannya, serta membawaku masuk ke dalam tanah kasih yang agung, dimana hari-hari berlalu laksana mimpi dan malam layaknya pesta pora.

Salma karami-lah yang mengajariku memuji keindahann dengan pancaran kecantikannya dan menguakkan rahasia cinta bagiku dengan cintanya. Dialah perempuan pertama yang mendendangkan sjak sajak kehidupan yang sesungguhnya. Setiap pemuda akan senantiasa mengingat cinta pertamanya. Dan ia akan mencoba menggapai kembali saat saat ganjil itu. Ingatan yang mengubah dasar perasaannya dan membuatnya sedemikian gembira meskipun kegetiran terasa dalam misteri. Dalam hidupnya setiap pemuda akan kedatangan seorang “salma” yang datang dengan tiba tiba di musim semi kehidupannya. Mengubah kesepiannya menjadi saat saat yang bahagia serta mengisi kesunyian malam malamnya dengan musik.

Aku begitu asyik, larut dalam bayangan dan lamunan, mencoba mengerty makna semesta raya, terlena oleh rahasia kitab kitab dan injil, ketika aku mendengar cinta membisik ditelingaku melalui bibir salma. Hidupku laksana terhenti hampa seperty adam disurga, Ketika aku melihat salma brdiri dihadapanku laksana mercusuar. Salma adalah hawa bagi hatiku yang penuh rahasia rahasia dan keajaiban keajaiban ini, dialah yang membuatku paham akan arty kehidupan.


Adalah hawa yang menyebabkan adam keluar dari surga dengan keinginannya. Sementara salma mengantarkanku ke taman cinta yang murni dengan kebajikkan, keanggunan dan cinta kasihnya. Kecuali bahwa aku yang menimpa, makhluk pertma itu juga yang menimpaku. Dan pedang tajam yang menghalau adam keluar dari surga adalah semisal yang membuatku takut oleh kilat dan memaksaku menjauh dari surga cintaku tanpa pengingkaran atas segala acam perintah atau merasakan nikmatnya buah pohon terlarang itu. Saat itu setelah tahun tahun berlalu, aku tidak memiliki apapun. Tak ada yang tersisa dari impian indah itu. Melainkan kenangan menyakitkan yang mengepak ngepak laksana sayap sayap yang tak tampak di sekelilingku. Ia melahirkan rintihan kedukaan didasar hati dan mengucurkan air mata putus asa di kelopak mata. Salma yang anggun, sudah tiada. Tiada yang tersisa untuk mengingatnya selain hatiku yang patah dan seonggok kuburan itu dan hati inilah yang terrsisa untuk memberikan kesaksian tentang salma.

Kesunyian yang menjaga kuburan itu tidaklah mampu menyibakkan rahasia rahasia yang disimpan tuhan didalam gelapnya keranda. Gemerisik dahan yang akarnya menyesap bagian tubuh jenazah itu tidaklah menguak misteri misteri tentang kuburan itu sendiri. Namun desah dan ratap dihatiku ini, cukuplah memberi kabar kepada khalayak kehidupan akan drama dimana cinta, keindahan dan maut telah terjadi. Wahai sahabat sahabat muda yang tersebar di kota beirut, bila kalian melewati kuburan didekat rimbun cemara itu, masuklah dengan mulut terbungkam dan melangkahlah dengan pelan agar derap kakimu tidak mengganggu tidur orang yang beristirahat itu. Berhentilah dengan rendah hati di kuburan salma dan sampaikanlah salamku pada tanah yang menutupi kuburan. Sebutlah namaku dengan desahan yang dalam lalu katakan pada dirimu, “disini segala harapan gibran, ia yang hidup laksana tawanan cinta di seberang laut, dikebumikan. Dengan serta merta dia kehilangan kegembiraanya, menampakkan air mata dan melupakan senyumnya.”

Diantara kuburan bisu itulah penderitaannya tumbuh bersama pohon pohon cemara. Diatas kuburan itu rohnya melayang layang setiap malam mengitari salma, berkelana mengelilingi cabang cabang cemara dengan rintihan menyesakkan. Merasakan kehilangan yang begitu hebat, meratapi kepergian salma yang sebelumnya menjadi nyanyian yang begitu indah dibibir kehidupannya dan kini telah menjadi rahasia bisu dipelukkan bumi.

Wahai sahabat sahabatku, aku mohon kepada kalian atas nama gadis gadis yang kepada mereka hati kalian dipertaruhkan, agar meletakkan karangan bunga duka cita diatas makam orang yang kau cintai itu, barangkali bunga bunga itu pelataran kubur salma menjadi laksana setetes embun yang dititikkan pelupuk sang fajar pada bunga yang layu. bersambung. . .

Artikel terkait halaman ini klik disini.
By : Indra Baydhowi.

sumber : Tetralogi Masterpiece Kahlil Gibran